Kecoak

Pagi ini, sekira pukul 11, saya berjalan santai di pusat kota Manhattan. Tepatnya, dari 48 St menuju 42St, 7Avenue. Sepanjang jalan, trotar dipenuhi dengan pejalan kaki yang tak ada habisnya. Belum lagi ditambah pedagang kaki lima yang asyik dengan dagangannya.

Ya, musim panas, Manhattan selalu dipenuhi kerumunan orang. Dan trotoar selebar 2 meter, seperti tak sanggup menahan hentakan ribuan pasang sepatu. Padahal, dalam beberapa hari terakhir ini, pihak kepolisian kota New York (New York Police Department/NYPD), terus-menerus mengingatkan akan ancaman teror bom. Tapi, siapa takut? Menurut pemerintah kotamadya, pada tahun 2006 kemarin, sekitar satu juta orang setiap hari lalu-lalang di trotoar kota Manhattan. Total pengunjung atau wisatawan yang berlibur ke NY pada 2006, mencapai 45 juta orang, rekor tertinggi selama ini.

Jalan kaki di Manhattan, pada musim panas, memang tak ada capeknya. Pemandangan yang indah serta trotoar yang tak dilewati sepeda motor, bisa membuat kita berjalan sejauh mungkin. Terlebih, jalanan di Manhattan itu lurus tak berkelok-kelok, meningatkan saya pada jalanan di kampung saya, yang juga lurus tak berkelok. Tak usah takut kesasar, karena kita bisa bertanya kepada petugas keamanan, atau kepada pedagang kaki lima, atau mampir sejenak ke sebuah toko. Kalau capek, anda tinggal mencari taman terdekat untuk melepas lelah. Tidur sejenak juga tak soal. Tak akan ada yang mengusik apalagi mengusir anda.

Tetapi, musim panas juga adalah musim bau keringat. Berjalanan di tengah kerumunan orang yang begitu padat, kita harus siap-siap untuk menaha napas. Itu bau badan, alamaaak. Jangan sampai anda ketahuan menutup hidung dengan sengaja, karena hal itu tidak santun secara publik.

Musim panas, juga adalah musim kecoak. Huuhh, binatang kecil menjijikkan ini, entah darimana datangnya, tiba-tiba menyerbu dapur-dapur di hampir seluruh apartemen kota ini. Memang tidak seperti kecoak di Indonesia yang segede ibu jari kaki. Begitu musim dingin tiba, mereka seperti lenyap di telan bumi. Ibarat pepatah, datang tanpa diundang, pergi tanpa permisi. Tinggal satu dua yang tersisa. Saya pikir , mereka ketinggalan kereta. Syukur, di apartemen saya, hewan-hewan ini tak datang bertandang. Istri saya orangnya bersihan luar biasa. Terima kasih ya sayang.

Nah, perihal kecoak-kecoak liar ini, saya teringat pada satu kejadian di suatu malam, di ruang tahanan kepolisian wilayah kota besar (Polwitabes) Surabaya, pada 1996. Waktu itu, saya nginap di tempat itu bersama Ditasari (halo ibu ketua), dan M. Sholeh (Oleng). Dita di kamar depan, saya dan Oleng di ruang belakang bersama-sama dengan tahanan kriminal lainnya. Kalau tak salah ingat, saat itu baru menunjukkan pukul tujuh atau delapan malam. Pintu jeruji pembatas antara tempat Dita dan kami, belum lagi disegel. Kamar-kamar kami di belakang juga belum dikunci.

Mendadak terdengar teriakan, Pontoh, Pontoh, Pontoh. Dengan bergegas saya lari ke depan. Itu suara Dita. Ada apa, sampe teriak-teriak begitu? Oleng juga berlari meninggalkan bacaan Qur’an-nya. Demikian juga dengan para tahanan lainnya. Begitu sampai di depan kamarnya Dita, saya lihat ibu ketua ini lagi berdiri di atas ranjang semennya, sambil telunjuknya menuding-nuding ke arah dinding di depannya. Rupanya, di dinding itu lagi merayap dengan santainya seekor kecoak sebesar ibu jari tangan.

“Ada apa,” tanya saya dan Sholeh berbarengan.

“Itu kecoak,” ujarnya dengan ketakutan yang sangat.

Hahhhh. Kecoak? Kok bisa Dita takut sama binatang ini? Padahal, belum lama berselang kepalanya ditinju ama tentara dari Kodam Brawijaya. Dan ia tak berteriak sedikit pun. Kok bisa, tak habis pikir saya.

Perlahan saya beranjak ke ruangannya, mengambil sandal dan

Braaaakkk

Dalam sekejap, kecoak itu sudah hancur berantakan, darahnya yang merah kehitaman, muncrat tak beraturan. Dita dan Sholeh tak berani mendekat. Mereka tampak sekali begitu jijik. Pelan-pelan saya mengambil kertas tisu, dan memungut satu per satu bangkai kecoak itu hingga bersih.

Tak lama kemudian, senyum telah tersungging di bibir Dita.***

Gambar diambil di sini

Newer Posts Older Posts Home